Kamis, 02 Juli 2009

Pemb'rian kami s'lamanya dari tanganMu asalnya;


Pemb'rian kami s'lamanya dari tanganMu asalnya;

Yang Kauterima itulah Yang Kauberi.

Kalimat pujian ini sangat sederhana, namun maknanya begitu dalam bagi setiap orang percaya. Banyak orang percaya tahu tentang makna memberi tetapi tidak semua orang dapat memberi dengan sukacita dan kerelaan hati. Bahkan memberi untuk Tuhan saja seringkali kita membuat perhitungan, kita meminta ada balasan dari apa yang kita berikan, ada budi ada balas.

Dalam surat Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus, ia mengajak orang Korintus untuk meneladani kehidupan jemaat di Makedonia. Seperti apa teladan itu? Paulus katakan: ‘Selagi dicobai dengan berat dalam pelbagai penderitaan, sukacita mereka meluap dan meskipun mereka sangat miskin, namun mereka kaya dalam kemurahan. Aku bersaksi, bahwa mereka telah memberikan menurut kemampuan mereka, bahkan melampaui kemampuan mereka.' (II Korintus 8 : 2, 3)

Dalam ayat 7-15, Rasul Paulus meminta jemaat Korintus untuk hidup dalam kasih karunia dan kaya dalam pelayanan kasih dalam membantu orang-orang kudus. Bukan dalam keterpaksaan, bukan dari apa yang tidak ada, tapi memberi dari apa yang ada dengan ikhlas, kerelaan hati.

Imbauan untuk bermurah hati diajarkan agar ada keseimbangan antara yang berkelimpahan dan yang kekurangan. Seperti ada tertulis: "Orang yang mengumpulkan banyak, tidak kelebihan dan orang yang mengumpulkan sedikit tidak kekurangan" (ayat 15).

Bagian ayat 15 yang diungkapkan oleh Paulus, sepertinya ada orang sulit untuk menyatakannya dalam kehidupan dengan sesama. Dalam keadaan sekarang ini, mungkin kita akan membenarkan apa yang sering diungkapkan: yang kaya makin kaya, yang miskin makin terpuruk. Bagaimana dengan kita? Bukankah semua kepunyaan kita bersumber dari Allah? Paulus katakan: "Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinanNya" (ayat 9).

Pdt. Ayub Yahya dalam buku humornya ‘obat anti pusing' menceritakan: Pada suatu Minggu, seorang ibu memberi uang lima ribu dan lima ratus kepada anak laki-lakinya yang akan berangkat ke gereja. "Masukkan uang lima ribuan ini ke dalam kantong persembahan. Uang lima ratus ini untuk kamu jajan", katanya. Ketika anak itu pulang, ditangannya masih tergenggam uang lima ribu. "Mengapa kamu tidak memasukkan uang lima ribu itu ke dalam kantong persembahan?" tanya sang ibu. Anak itu menjawab, "Guru Sekolah Minggu bilang bahwa Tuhan mengasihi orang yang memberi dengan sukacita. Saya lebih bersukacita untuk memasukkan uang lima ratus ke dalam kantong persembahan daripada uang lima ribuan." Kembali lagi ditanyakan, bagaimana dengan kita? Selamat memberi! (LZT)

Tidak ada komentar: